cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Aksara
Published by Balai Bahasa Bali
ISSN : 08543283     EISSN : 25800353     DOI : -
Core Subject : Education,
AKSARA is a journal that publishes results of literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in AKSARA have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. AKSARA is published by Balai Bahasa Bali twice a year, June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020" : 12 Documents clear
INTERFERENSI FONOLOGI PADA PEMBELAJAR BIPA ASAL EROPA DI BALI Ida Ayu Putri Adityarini; I Wayan Pastika; I Nyoman Sedeng
Aksara Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.157 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v32i1.409.167-186

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui interferensi fonologi yang terjadi pada pemelajar BIPA asal Eropa di Bali dengan analisis interferensi didasarkan pada bahasa Inggris. Data yang digunakan, yaitu data lisan dan data tulisan yang diperoleh dari tuturan dan tulisan pemelajar ketika belajar bahasa Indonesia di kelas. Penelitian ini berpedoman pada teori interferensi menurut Weinreich (1953). Data lisan dikumpulkan dengan teknik simak libat cakap (SLC), teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik perekaman, dan pencatatan. Data tulisan dikumpulkan dengan metode tes. Data tersebut kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk formal dan informal. Hasil analisis data menunjukkan bahwa interferensi fonologi yang terjadi pada pemelajar BIPA asal Eropa di Bali, yaitu berupa interferensi bunyi vokal (terjadi pada vokal [a], [u], dan [ə]), interferensi bunyi konsonan (terjadi pada konsonan [r], [ŋ], dan [t]), interferensi berupa penambahan bunyi (terjadi pada bunyi [ŋ] dan [ɲ]), dan interferensi berupa penghilangan bunyi (terjadi pada konsonan [r], deret vokal [e] dan [a], serta konsonan [h]). Interferensi ini terjadi karena adanya perbedaan bunyi vokal dan bunyi konsonan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain itu, interferensi ini juga disebabkan oleh adanya perbedaan pelafalan sebuah bunyi vokal atau bunyi konsonan yang sama pada kedua bahasa tersebut. Kata kunci: Pemelajar BIPA, interferensi, fonologiThis study aimed to determine phonological interference that occurs on BIPA learners from Europe in Bali. Oraland written data are used in this research that were obtained from learners' speeches and writings when learning Indonesian in the class. This research was guided by interference theory according to Weinreich (1953). Oral data were collected using proficient inversion techniques (SLC), skillful in-flight listening techniques (SBLC), recording techniques, and note taking. Writing data were collected by the test method. The data analyzed and presented in formal and informal forms. The results of data analysis showed that phonological interference that occurred in BIPA learners from Europe in Bali, namely in the form of vocal noise interference (occurred in vowels [a], [u], and [ə]), consonant sound interference (occurred in consonants [h] , [r], [g], [ŋ], [t], [g], and [ɲ]), interference in the form of sound addition (occurred in the sounds [ŋ] and [ɲ]), and interference in the form of sound removal ( occurred in consonants [r], vowel series [e] and [a], and consonants [h]). This interference occurred because of differences in vowel and consonant sounds in Indonesian and English. In addition, this interference was also caused by the different pronunciation of a vowel sound or consonant sound in both languages. 
POLITENESS IN DOMESTIC VERBAL VIOLENCE AGAINST WOMEN IN INDONESIA Ike Revita; Rovika Triclarise; Nila Anggraini; Fahmi Gunawan
Aksara Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.725 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v32i1.530.109-118

Abstract

Kesantunan berbahasa tidak hanya terjadi di dalam situasi resmi, normal, dan dalam komunikasi yang baik, tetapi juga dalam situasi tidak resmi, tidak normal, dan penutur dalam keadaan marah. Penelitian ini bertujuan untuk membahas bentuk kesantunan berbahasa seseorang yang sedang marah. Data diperoleh di Sumatera Barat. Data dikumpulkan melalui mencatat, merekam, dan melakukan wawancara. Analisis data menggunakan konsep kesantunan dan kekerasan verbal terhadap wanita. Hasil temuan dianalisis secara deskriptif yang ditambahi dengan beberapa tabel untuk menyajikan data tertentu. Hasil temuan menunjukkan bahwa ada empat bentuk kesantunan di dalam kekerasan verbal domestik terhadap wanita, yaitu permintaan, penolakan, janji, dan ekpresif. Kesantunan dalam bentuk permintaan menjadi pola yang dominan, yaitu 37%. Hal demikian terjadi karena penutur menginginkan wanita atau istrinya melakukan apa yang mereka minta.Kata kunci: kesantunan, kekerasan verbal, wanita, pragmatik, IndonesiaPoliteness happens in good situations not only in regular dan formal conversations with the speaker, but also in non-formal and irregular conversation, and the speaker is in a bad situation. This article is, then,  aimed at describing the forms of the politeness of the speakers who are in anger. The objective of the study is to identify the forms politeness in that verbal violence. The data were taken in Sumatera Barat. To obtain the data, the observational method with note-taking, recording, and interviewing was conducted. Fifteen women were being interviewed, and thirteen men (husband) from Sumatera Barat.  The data were analyzed by using the concept of politeness (Oktavianus Revita, 2013) and verbal violence against women (Cantwell, Farzanegan, Khan, 2000). The result of the analysis is descriptively done in which some tables and charts were used to display the number of the occurrence of certain data. The percentage was also used. The findings pointed out that there were four forms of politeness in domestic verbal violence. They are politeness of 1) request; 2) refusal; 3) promise; and 4) expressiveness. Politeness of requests occurs most dominantly because the speakers wanted these women to do what they expected.   
DONGENG BARBE BLEUE ‘SI JANGGUT BIRU’ KARYA CHARLES PERRAULT DALAM KAJIAN RESEPSI PEMBACA AKTIF Tania Intan
Aksara Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.875 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v32i1.312.31-46

Abstract

Penelitian ini membahas resepsi pembaca aktif terhadap kisah Barbe Bleue ‘Si Janggut Biru’ karya Charles Perrault, sastrawan dari abad XVII. Pembaca aktif yang dimaksud adalah Amélie Nothomb dan Tahar ben Jelloun, dua pengarang frankofon yang memberi tanggapan terhadap kisah dari abad Pertengahan itu dengan menciptakan teks Barbe Bleue dalam versi masing-masing. Penelitian ini berfokus pada perbandingan elemen-elemen narasi di antara teks-teks tersebut seperti plot, penokohan dan latar. Teori resepsi diakronik-intertekstual dengan metode deskriptif kualitatif digunakan untuk penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa sebagai pembaca aktif dari abad XXI, Amélie Nothomb dan Tahar ben Jelloun meresepsi kisah Barbe Bleue dengan cara menciptakan karya baru namun tidak menghilangkan sekuen-sekuen utama dari cerita aslinya. Perubahan terjadi pada genre, dari dongeng menjadi novel dan cerita pendek, bobot penokohan yang berimbang di antara tokoh laki-laki dan perempuan, serta setting latar waktu-tempat-sosial-budaya. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari adanya perubahan zaman, semangat zaman, serta perubahan cakrawala harapan pembaca.This study discusses the reception of active readers of the story of Barbe Bleue by Charles Perrault, a writer from the seventeenth century. The active readers in question are Amélie Nothomb and Tahar ben Jelloun, two frankophone authors who responded to the story of the Middle Ages by creating the Barbe Bleue text in their respective versions. This study focuses on the comparison of narrative elements between the texts such as plot, characterization and setting. Diachronic-intertextual reception theory with qualitative descriptive method was used for this study. It can be concluded that as active readers of the XXI century, Amélie Nothomb and Tahar ben Jelloun perceive the story of Barbe Bleue by creating new works but not eliminating the main sequences of the original story. Changes occur in genres, from fairy tales to novels and short stories, the weight of balanced characterization between male and female characters, and the setting of time-place-social-cultural settings. This cannot be separated from the changing times, the spirit of the times, and changes in the horizon of readers’ expectations.Keywords: reception of literary, actif reader, diachronic-intertextual, Barbe Bleue
TEKNIK PENERJEMAHAN PERISTIWA TUTUR BERTENGKAR DALAM SUBTITLE FILM TED 2 Jotika Purnama Yuda; Mangatur Nababan; Djatmika Djatmika
Aksara Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.554 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v32i1.435.151-166

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik penerjemahan apa saja yang digunakan oleh penerjemah untuk menerjemahkan tindak tutur dalam peristiwa tutur bertengkar dan mendeksripsikan dampaknya terhadap pergeseran terjemahan tindak tutur dalam film Ted 2. Data dalam penelitian ini adalah kalimat yang merepresentasikan tindak tutur dalam peristiwa tutur bertengkar dalam subtitle bahasa Indonesia dan Inggris dalam film Ted 2 dan juga teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah untuk menerjemahkan tindak tutur tersebut.  Data didapat melalui analisis dokumen dan FGD (focus group discussion) dengan beberapa informan (rater). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerjemah menggunakan 16 teknik penerjemahan diantaranya teknik padanan lazim, reduksi, variasi, peminjaman murni, kompresi linguistic, kompensasi, eksplisitasi, implisitasi, transposisi, modulasi, delesi, literal, generalisasi, kreasi diskursif, adisi dan adaptasi. Selanjutnya, teknik teknik padanan lazim, reduksi, variasi, peminjaman murni, kompresi linguistic, kompensasi, eksplisitasi, implisitasi, transposisi, modulasi, generalisasi, kreasi diskursif, adisi dan adaptasi tidak menghasilkan pergeseran pada bahasa sasaran. Pergeseran tindak tutur di bahasa sasaran disebabkan oleh penggunaan teknik literal dan hilangnya tindak tutur di bahasa sasaran disebabkan oleh penggunaan teknik delesi. This research sought to determine translation techniques used by a subtitler to translate speech acts found in quarelling speech event and to describe the impact of the translation techniques on speech act shift in Ted 2 movie. The data in this reseach were sentences accommodating speech acts in quarelling speech event in Indonesian and English subtitles of Ted 2 movie and translation techniques used by the subtitler to translate the speech acts in quarreling speech event. That data were obtained through document analysis and FGD (focus group discussion) with informans (raters). The findings show that the subtitler used translation techniques of established equivalence (324), reduction (64), variation (114), pure borrowing (38), linguistic compression (4), compensation (5), explicitation (18), implicitation (57), transposition (6), modulation (45), deletion (15), literal (8), generalisation (4), discursive creation (3), adition (3) dan adaptation (6). The techniques of established equivalence, reduction, variation, pure borrowing, linguistic compression, kompensation, explicitation, implisitation, transposition, modulation, generalization, discursive creation, addition and adaptation do not result in shift in the Indonesian subtitle. Whereas the literal techniques resulted in speech act shift in Indonesian subtitles and loss of speech act in Indonesian subtitle was caused by the deletion technique.Keywords: speech event, speech act shift, translation techniques, speech act
BENTUK DEKONSTRUKSI IDEOLOGI GENDER DALAM NOVEL OUT DAN GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO I Gusti Ayu Andani Pertiwi; I Nyoman Darma Putra; Ida Ayu Laksmita Sari
Aksara Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.559 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v32i1.487.15-30

Abstract

Novel Bebas dan Grotesque: Gaib adalah karya sastra Natsuo Kirino yang mengangkat topik mengenai realita sosial di Jepang. Isu-isu yang diangkat di dalam novel tidak jauh dari bahasan mengenai gender di Jepang serta narasi seksualitas yang dihadirkan melalui isu enjokousai (prostitusi). Penelitian ini berusaha mengungkap bentuk-bentuk dekonstruksi ideologi gender yang dilakukan oleh pengarang dalam novel tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data studi pustaka. Data-data dikumpulkan dari kedua novel dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teori dekonstruksi dan teori feminisme. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pengarang mendekonstruksi wacana-wacana ketimpangan gender dan seksualitas di Jepang kemudian menuangkannya ke dalam bentuk teks-teks sastra. Bentuk-bentuk dekonstruksi ideologi gender yang ditampilkan pengarang dalam kedua novel tersebut yaitu ideologi gender yang memertahankan peran gender konvensional dan ideologi gender yang mengikuti perkembangan zaman. Natsuo Kirino’s Out and Grotesque raises the topic of social reality in Japan. The issues raised in the novel are not far from the discussion of gender and the narrative of sexuality, which is presented through the issue of enjokousai (prostitution). This research attempts to uncover the forms of gender ideology deconstruction carried out by the author in the novel. This research is a qualitative research with literature study method. Data is collected from both novels and then analyzed using deconstruction theory and feminism theory. The results of the study show that the author deconstructed the discourse of gender inequality and sexuality in Japan and then poured it into the form of literary texts. The form of gender ideology deconstruction is gender ideology that follows the passage of time. Each character depicted is no longer influenced by the conventional order of Japanese society regarding how men and women should be. Instead, they choose to go by their own rules of life.Keywords: deconstruction, ideology, gender, Natsuo Kirino   
RELIGIOSITAS MASYARAKAT BETAWI DALAM FOLKLOR Syarif Hidayatullah
Aksara Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.319 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v32i1.478.79-94

Abstract

Identitas religiositas masyarakat Betawi begitu kental yang dapat dilihat dalam perayaan-perayaan budayanya. Faktor ini salah satunya dipengaruhi oleh tradisi sastra lisan yang berkembang di masyarakat Betawi yang memunculkan religiositas masyarakatnya sehingga menjadi alat pembelajaran bagi generasi penerusnya. Dalam upaya tersebut penelitian ini berupaya untuk menganalisis religiositas masyarakat Betawi dalam folklor, khususnya dalam cerita rakyat. Untuk itu, metode yang digunakan adalah analisis isi. Data penelitian ini bersumber dari Cerita Rakyat Betawi I dan Cerita Rakyat Betawi II. Data tersebut kemudian diolah dengan tiga tahap, yaitu reduksi data, model data, dan penarikan/verifikasi kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk religiositas masyarakat Betawi berupa kepercayaan, praktik beragama, perasaan religius, pengetahuan religius, dan efek religius. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Betawi memiliki kematangan religiositas yang tinggi terhadap kepercayaan yang dianutnya.The religiosity identity of the Betawi community is so thick that it can be seen in its cultural celebrations. This factor is one of them influenced by oral literary traditions that developed in the Betawi community which gave rise to the religiosity of the community so that it became a learning tool for the next generation. In this effort this research attempts to analyze the religiosity of the Betawi community in folklore, especially in prose (folklore). For this reason, the method used is descriptive qualitative. The research data comes from Cerita Rakyat Betawi I and Cerita Rakyat Betawi II. The data is then processed in three stages, namely data reduction, data model, and withdrawal / verification conclusions. The results of this study show the form of religiosity of the Betawi community in the form of religious belifes, religious practices, religious feeling, religious knowledge, and religious effects. Based on this, it can be concluded that the Betawi community has a high religiosity maturity towards the beliefs it adheres to.Keywords: religiosity, Betawi society, folklore
STRATA SOSIAL MASYARAKAT JAWA SEBAGAI BAHASA NONVERBAL STATIS : KAJIAN ETNOPRAGMATIK Pranowo Pranowo; Ratna Susanti
Aksara Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1338.694 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v32i1.548.135-150

Abstract

Artikel ini membahas strata sosial masyarakat Jawa sebagai bahasa nonverbal statis yang dikaji secara etnopragmatik. Kajian ini merupakan kajian interdisipliner antara teori etnografi dan pragmatik. Teori etnografi adalah kajian yang menggambarkan budaya suatu masyarakat, sedangkan kajian pragmatik pada dasarnya menggambarkan penggunaan bahasa berdasarkan konteks. Dengan demikian, kajian etnopragmatik adalah kajian penggunaan bahasa berdasarkan konteks budaya masyarakat pemiliknya. Tujuan penelitian adalah menggambarkan wujud, fungsi, dan makna pragmatik yang terdapat dalam strata sosial masyarakat Jawa. Desain yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan perekaman. Analisis data dilakukan melalui langkah konkret (a) identifikasi data, (b) klasifikasi data, dan (c) interpretasi data. Temuan hasil penelitian berupa (a) strata sosial tingkat kepriyayian, (b) strata sosial kedudukan seseorang di dalam masyarakat, (c) strata sosial yang diungkapkan secara metaforis, (d) strata sosial dalam memilih jodoh, (e) strata sosial temu trah, dan (d) strata sosial bias gender.This article aims to identify the social strata of Javanese society as a static nonverbal language that is studied ethnopragmatically. This study is an interdisciplinary study of ethnographic and pragmatic theories. The theory of ethnography is a study that describes the culture of a society, while pragmatic studies basically describe the use of language based on context. Thus, ethnopragmatics review is the study of language use based on the cultural context of the owner’s community. The purpose of this study is to describe the form, function, and pragmatic meaning contained in the social strata of Javanese society. The design used in this research is descriptive qualitative. Data collection techniques used were observation, interviews, and recording. The data collection techniques used were carried out for two months (January-February 2020) by recording public speech in the Sleman area of Yogyakarta as a random sampling informant Data analysis was performed through concrete steps, namely: (a) data identification, (b) data classification, and (c) data interpretation. Data validity test was used data triangulation techniques, namely data triangulation and theory’s triangulation. The findings of the research are (a) social strata at the community level, (b) social strata of a person’s position in society, (c) social strata expressed metaphorically, (d) social strata in choosing a mate, (e) social layers of meeting, and (d) social strata of gender bias. Keywords: nonverbal language, ethnopragmatics, social level
BENTUK DAN LATAR BELAKANG MUNCULNYA HATE SPEECH DALAM BAHASA ARAB: ANALISIS MORFOLOGI DAN PRAGMATIK Muhammad Yunus Anis
Aksara Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.919 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v32i1.447.119-134

Abstract

Penelitian ini mengelaborasi lebih dalam satuan kebahasaan yang selama ini digunakan oleh masyarakat dalam mengungkapkan ujaran kebencian dalam bahasa Arab. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah satuan kebahasaan yang ada dalam koran berbahasa Arab, baik berupa kata, frasa, maupun kalimat yang menjadi unsur penting munculnya sebuah ujaran kebencian. Penelitian ini menggunakan pendekatan bahasa, khususnya dalam ranah morfologis dan pragmatis. Ranah morfologis terkait dengan kosakata yang digunakan dalam mengungkapkan ujaran kebencian bahasa Arab. Adapun ranah pragmatis terkait beberapa kasus yang menjadi latar belakang utama munculnya ujaran kebencian dalam bahasa Arab. Rumusan masalah pertama dalam penelitian ini terkait dengan bagaimana bentuk-bentuk ujaran kebencian dalam bahasa Arab ditinjau dari satuan bahasa yang menyusunnya. Adapun rumusan masalah kedua dalam penelitian ini berhubungan dengan bagaimana latar belakang munculnya ujaran kebencian dalam bahasa Arab. Metode penelitian dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: (1) pengumpulan data, (2) analisis data, dan (3) laporan hasil. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat beberapa satuan kebahasaan yang ada dalam beberapa koran berbahasa Arab yang terkoneksi pada media sosial Instagram. Analisis data diterapkan dengan menggunakan metode distribusional yang diperkuat dengan metode analisis konten. Adapun laporan hasil dilakukan secara informal dalam bentuk deskripsi. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa secara struktural bentuk ujaran kebencian dapat berupa kata, frasa, dan kalimat (predikatif). Adapun secara pragmatis, ujaran kebencian dapat dilatarbelakangi oleh ujaran yang melanggar prinsip kesantunanThis research will elaborate comprehensively the units of language which had been used by Arab people to express the hatred. The main data in this research had been collected by observing the units of language in Arab Daily Newspaper. In this case, the units of language can be divided into: word, phrase, and sentence which emerged as the main cause of hatred speech. This research dominantly used the approaches in morphology and pragmatic. The morphology analysis related with the construction of hate speech based on the elaboration of units of language. Meanwhile, the pragmatic analysis tried to elaborate some cases which had been justified as the main causal factors in Arabic hate speech. The method in this research had been divided into three basic steps, (1) collecting the data, (2) analyzing the data, and (3) reporting the result. The first step had been used the observation and recording/ noting the units of language which classified as hatred speech in Arabic daily news. The data had been focused in the Arabic daily news which connected to social media of Instagram. The data analysis had been divided into two main steps, such as distributional method and content analysis of hatred speech in Arabic language. The final step was reporting the result which had been used the informal method and description reporting. The result of the research had been concluded that the hatred speech in Arabic language can be expressed by using the units of language, such as: (1) the word, (2) the phrase, and (3) the sentence (predicative construction). Finally, based on the pragmatic approach, the causal factor of hate speech in Arabic language can be defined by the speech which contravened the principles of politeness. Keywords: hatred, speech, morphology, pragmatic, politeness
DIKSI DALAM BUKU KUMPULAN PUISI SURAT KOPI KARYA JOKO PINURBO SEBAGAI BAHAN AJAR Kun Andyan Anindita; Soediro Satoto; Sumarlam Sumarlam
Aksara Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (41.809 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v32i1.241.67-78

Abstract

AbstrakPenelitian ini menguraikan tentang diksi yang dipilih oleh Joko Pinurbo dalam sepuluh puisi yang bertemakan surat dan tergabung dalam buku kumpulan puisi Surat Kopi dengan menggunakan pendekatan stilistika. Puisi-puisi tersebut antara lain “Surat Cukur”, “Surat Kopi”, “Surat Kau”, “Surat Batu”, “Surat Pulang”, “Surat Libur”, “Surat Sarung”, “Surat Malam”, “Surat Senyap”, “Surat Kabar”. Pendekatan stilistika dipilih karena stilistika merupakan salah satu disiplin ilmu linguistik yang mengkaji keunikan atau kekhasan pemakaian bahasa dalam karya sastra terutama puisi yang dapat mendatangkan efek-efek tertentu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian jenis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menyangkut penjelasan mengenai aspek yang akan dideskripsikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam sepuluh puisi yang bertemakan surat tersebut terdapat 4 jenis diksi yang digunakan yaitu diksi denotasi, konotasi, konkret, dan abstrak. Diksi denotasi dan konkret menjadi diksi yang banyak digunakan dalam sepuluh puisi tersebut. Hal ini menimbulkan efek yang tidak membingungkan bagi pembaca karena sangat minim menggunakan bahasa kias. Puisi terlihat nampak terang dan tidak menimbulkan banyak tafsir namun tetap menjanjikan kedalaman makna. Dengan demikian, sepuluh puisi Joko Pinurbo dalam kumpulan puisi ini dapat digunakan sebagai bahan pengajaran sastra Indonesia bagi para siswa. Kesederhanaan puisi-puisi tersebut dapat memudakan para siswa untuk belajar dan mencoba membuat puisi sendiri dengan diksi yang tidak rumit seperti diksi denotasi dan konkret yang tidak banyak memainkan bahasa kias. This research was aimed to describe dictions in Joko Pinurbo’s poem anthology entitled Surat Kopi using stylistics study for teaching material. Questions that must be answered in this research were (1)what kinds of dictions used by the poet (2) whether this anthology was sufficient as teaching material. This research qualitative method with listening-taking note technique. From the result of the analysis, it could be concluded that this anthology used denotation, connotation, concrete, and abstract dictions. Denotation and concrete dictions were used the most thus the poems could be easily understood, simple, yet promised a depth of meaning. Surat Kopi was appropriate to be literature teaching material based on the simple structure yet deep in meaning and message presented to the readers. The poems in this anthology could be used by students to learn about how to make their own poems using denotation and concrete dictions, using less figurative language as seen in Surat Kopi.Keywords: dictions, stylistics, teaching material
TAWARAN SINGULARITAS DALAM SELAMAT PAGI BAGI SANG PENGANGGUR KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA Yuniardi Fadilah; Aprinus Salam
Aksara Vol 32, No 1 (2020): AKSARA, Edisi Juni 2020
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3057.287 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v32i1.534.1-13

Abstract

Seno Gumira Ajidarma, melalui cerpen “Selamat Pagi bagi Sang Penganggur”, menggunakan posisi tokoh utama untuk menilai kondisi individu-individu lain yang dianggap kehilangan kebebasannya sebagai pribadi. Sebagai pengangguran, tokoh utama—Aku—juga mengalami kesulitan karena dianggap identik dengan identitasnya, namun lebih memiliki kebebasan dibandingkan pekerja lain yang berada dalam sistem struktural tertentu. Melalui cerpen tersebut, tulisan ini mempersoalkan kecenderungan pengarang menggiring diskursus pada  konsep singularitas. Sudut pandang tulisan ini menggunakan teori yang dikembangkan oleh Antonio Negri dan Jean Luc-Nancy terkait konsep singularitas dan identitas. Kajian ini menemukan bahwa pengarang memiliki kecenderungan untuk mengkritik bentuk konsep identitas yang menyeragamkan individu-individu sebagai komoditas yang hanya dilihat berdasarkan nilainya semata. Bentuk identitas ini terjadi karena adanya kuasa tatanan global dalam biopower yang berbentuk kapitalisme. Sebagai bentuk alternatif, pengarang menawarkan singularitas yang tergambar dalam bangunan komunitas di dalam cerpen. Komunitas yang terbentuk di dalam cerpen adalah keluarga, sebagai komunitas terkecil yang mampu dibentuk, dan komunitas imajiner dalam dunia tokoh Aku. Dalam komunitas ini, singularitas memberdayakan individu-individu sebagai subjek yang berbeda dan bebas.Kata kunci: cerpen, singularitas, identitas, komunitas, multitude Seno Gumira Ajidarma, through short story “Selamat Pagi Bagi Sang Penganggur,” uses the position of the main character to assess the condition of other individuals who are considered to lose their freedom as a person. As unemployed, the main character - Aku - also has difficulty unlike what is considered identical to his identity but has more freedom than other workers who are in certain structural systems. Through this short story, this paper questions the author's tendency to lead to discourse about the concept of singularity. The point of view of this paper uses the theory developed by Antonio Negri and Jean Luc-Nancy regarding the concept of singularity and identity. This paper found that the author tends to criticize the concept of identity that classifies individuals as commodities that are only seen based on their value. This form of identity occurs because of the power of the global order in the form of capitalism as biopower. Singularity which portrayed on the community that built in the story is offered by author as an alternate. Family as the smallest formable community and imaginary community which formed on “Aku’ universe as the main character is the formed community. In this community, singularity empowers individuals as a distinct and independent subjects.Keywords: short story, singularity, identity, community, multitude

Page 1 of 2 | Total Record : 12